Social Icons

Pages

KETERAMPILAN BERBICARA



KETERAMPILAN BERBICARA
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata   untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan fikiran, gagasan, dan perasaan.
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain  harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor  kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.
Faktor-Faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Kefektifan Berbicara
1.      Ketepatan Ucapan
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik. Atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh.
2.      Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebalikya jika penyampaiannya datar saja, hamir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan kefektifan berbicara tentu berkurang.
Demikian juga halnya dalam pemberian tekanan pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian kita tempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata penyanggah, pemberani, kesempatan, kita beri tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal. Dalam hal ini perhatian pendengar dapat beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga pokok pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya kefektifan komunikasi tentu terganggu.
3.      Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih teransang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar.
Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Kalau pokok pembicaraan kita masalh ilmiah, tentu pemakaian istilah tidak dapat kita hindari dan pendengarpun akan dapat memahaminya karena pendengarnya juga oran-orang tertentu. Tentu dalam situasi ini kita tidak berbicara secara santai mengenai masalah-masalah yang rumit dan serius, dan sebaliknya berbicara secara serius mengenai hal-hal yang santai.
4.      Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannnya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap kefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mapu menyusun kalimat efektif, Kalimat yang mennai sasaran, sehingga mapu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
Kaliamat efektif mempunyai ciri-ciri keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Ciri keutuhan akan terlihat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian yang padu dari sebuah kalimat. Keutuhan kalimat akan rusak ketika ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Selain itu, kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata, sehingga tidak ada kata-kata yang mubazir. Kalimat dikatakan efekyif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsun sempurna. Kalimat efektif mapu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar persis seperti apa yang dimasud oleh pembicara.
Faktor-Faktor Nonkebahsaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara
Dalam proses belajar mengajar berbicara, sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan yang termasuk faktor non kebahsaan ialah:
1.      Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.
2.      Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, aka menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.
3.      Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima terdapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru.
4.      Gerak-gerik dan mimik yang tepat.
5.      Kenyaringan suara juga sangat menentukan.  Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar.
6.      Kelancaran. Seorang pembicarayang lancar berbicar akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannnya. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
7.      Relevansi atau penalaran.
8.      Penguasaan topik.  Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran.
Komponen-komponen keterampilan berbahasa dan berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:
a.      Keterampilan menyimak,
b.      Keterampilan berbicara,
c.       keterampilan membaca,
d.      keterampilan menulis.
Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beranegaragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa , biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula mula pada masa kecil kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah . keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan , meruapakan catur tunggal.Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang keterampilan berbicara.
BERBICARA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak,dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar di pelajari.berbicara tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara lebih terinci hubungan antara:
a)    Berbicara dengan menyimak
b)   Berbicara dengan membaca
c)    Ekspresi lisan dengan ekspresi tulis
BATASAN DAN TUJUAN BERBICARA
Berbiacara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan , menyatakan , sertamenyampaikan pikiran,gagasan dan perasaan yang idususn serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomonikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif .Maka pembicara harus mampu mengevaluasi efek komonikasinya terhadap pendengar serta mengertahui prinsif-prinsif yang mendasari segala situasi pembicaraan secara umum maupun perorangan.
Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum , yaitu :
a.    Memberitahukan , melaporkan
b.    Menjamu , menghibur
c.     Membujuk , mengajak , mendesak , meyakinkan
Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara , antara lain :
a.    Membutuhkan minimal dua orang.
b.    Mempergunakan suatu sandi linguistik ()  yang dipahami bersama
c.     Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.
d.   Merupakan suatu pertukaran antara partisipan.
e.    Hubungan langsung dengan yang lain dan lingkungan.
f.      Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
g.    Melibatkan aparat vocal dan auditor.
h.    Menghadapi atau memisahkan yang nyata dari yang didalilkan
Keberhasilan seseorang berkomonikasi dalam masyarakat menujukkan kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat keterampilan utama yang merupakan ciri pribadi yang dewasa , yaitu :
1.      Keterampilan social, kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat.
2.      Keterampilan semantic, kemampuan untuk memprgunakan kata-kata dengan tepat dan penuh pengertian.
3.      Keterampilan fonetik, kemampuan membentuk unsure-unsur fonemik bahasa kita secara tepat
4.      Kemampuan vocal, kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita.

BERBICARA SEBAGAI SENI DAN ILMU
Berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu:
I.      Berbicara terapan atau berbicara fungsional,
II.   Pengetahuan dasar berbicara.
Jika kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapan nya sebagai alat komonikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian antara lain:
1.    Berbicara dimuka umum,
2.    Semantic (pemahaman makna kata),
3.    Diskusi kelompok,
4.    Argumentasi,
5.    debat,
6.    Prosedur parlementer,
7.    Penafsiran lisan,
8.    Seni drama,
9.    Berbicara melalui udara.
Dan jika kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang perlu ditelaah antara lain:
1.    Mekanisme bicara dan mendengar,
2.    Latihan dasar bagi ajaran dan suara,
3.    Bunyi-bunyi bahasa,
4.    Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran,
5.    Konsonan-konsonan.
Ragam seni berbicara
Secara garis besar , maka berbicara dapat dibagi atas:
A.  Berbicara dimuka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis, yaitu:
a)      Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, yang bersifat informatif.
b)     Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan.
c)      Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan.
d)     Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.
B.        Berbicara pada konverensi yang meliputi
1)      Diskusi kelompok yang dapat di bedakan atas:
a.      Tidak resmi dan masih dapat diperinci lagi atas:
                                                                   i. kelompok studi,
                                                                ii. kelompok pembuat kebijaksanaan,
                                                              iii. komik.
b.      Resmi yang mencakup pula:
                                                              i.      konferensi,
                                                           ii.      diskusi panel,
                                                         iii.      symposium.
2)      Prosedur parlementer
3)      Debat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates